Sudah 3 tahun atau lebih tepatnya menjelang 3 tahun hidupku
di sekolah ini, banyak lika-liku yang ingin kuceritakan pada kalian , tak
apalah aku hanya sekedar berbagi cerita.
Dimulai
saat bulan juli 2010 aku memasuki masa baru dalam kehidupanku.’SMPIT Baitul
Anshor’ terpampang dengan jelas nama sekolah ini, yang selanjutnya akan menjadi
latar dan saksi bisu perjalanan selama 3 tahun hidupku.Setelah berhasil lulus
UASBN sekolah dasar aku pun harus melanjutkan ke tingkat selanjutnya, yaitu
SMP.Aku lulus dengan nilai yang cukup memuaskan dan akan sangat mudah bagiku
untuk memasuki SMP Negeri favorit yang kuinginkan, tapi yang Maha Kuasa berkata
lain.Sebuah sekolah beasiswa di daerah Bogor sudah menjadi targetku, segala
usaha dan do’a kulakukan untuk menggapainya sebenarnya ada pilihan lain, yaitu
sekolah asrama di Jakarta, namun karena beberapa hal aku mengurungkan niatku
untuk sekolah kesana.Optimisme ku besar untuk memasuki sekolah di Bogor itu
sampai akhirnya Tuhan member jalan berbeda, aku tidak lolos dalam seleksi akhir
dan membuatku tak tau harus kemana lagi,karena pilihan lain sudah terlanjur
diabaikan.Sampai akhirnya ayah ingat bahwa Murabbi nya adalah seorang pendiri
suatu sekolah asrama di Cimahi.Pergilah aku untuk mendaftarkan diri ke sekolah
itu yang lebih tepatnya bernama ‘SMPIT Baitul Anshor’.Sebenarnya aku sudah
terlambat, karena pendaftaran sudah ditutup tapi saat seperti ini Tuhan malah
berkehendak untuk memaksakanku masuk ke sekolah ini.Singkat cerita akupun
akhirnya bersekolah di ‘SMPIT Baitul Anshor’ yang merupakan sekolah Asrama.Dan
semua cerita dimulai, disini!
Semua
cerita ini tentang sahabat,cinta,keluarga, dan cita-cita.Tentang aku yang
berhasil menemukan seorang sahabat yang begitu berarti dihidupku, yang mungkin
tak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa pertemuanku denganya adalah sebuah
ketidak sengajaan.
Hari
pertama ku lewati dengan sebuah proses adaptasi yang disebut matrikulasi.Tak
banyak cerita tertulis dia fase waktu ini tapi tetap, semuanya masih tersimpan
di gallery kenanganku.Mulai di hari pertama belajar, berkenalan dengan
guru,kawan,pemilihan ketua murid, adaptasi belajar dan segala hal yang terjadi
lainya.Amazing! sebenarnya aku termasuk yang adaptasinya lambat, namun aku
langsung terpilih menjadi wakil ketua asrama, hmm… awal yang baik fikirku.Tapi
sebenarnya ada satu hal yang menarik saat awal-awal ku menjalani hidup di
asrama,sebuah kebersamaan yang tak mungkin kudapatkan di sekolah biasa.Malam
hari sebelum tidur, dalam satu asrama pasti memulai sesi berbagi cerita, kadang
tertawa,kadang serius, sungguh hal baru bagiku, dan mungkin bagi yang lainya.
Memulai
cerita utamaku yaitu, tentang sahabat.Yang tak pernah terfikir dalam benakku
adalah, pertemuan kami adalah ketidaksengajaan.Sesuatu yang membuat
persahabatan kami kuat, dimulai dengan kata ejekan seperti ‘Onta Africa’ dan ‘Kuda
Korsel’, lalu berubah dan berubah menjadi semakin kuat.Katanya kepadaku,”persahabatan
kita bagaikan Bulan dan Bintang”, persahabatan kami pun bagaikan sahabt
sejati.Tapi sebuah cerita tak seru tanpa adanya konflik, itulah inti dari
sebuah cerita,kata guru Bahasa Indonesiaku.Persahabatan antara aku dan dia pun
pernah dihiasi pertengkaran, karena 3 tahun bukan waktu yang singkat.Sebagai
sahabat kami saling berjanji, dan kadang pertengkaran dimulai saat ada salah
satu diantara aku dan dia ada yang mengingkarinya.Tapi sahabat sejati tak
mungkin berpisah,selalu ada hal yang bias mempersatukan persahabatan
itu.Mungkin aku lah yang harus banyak meminta maaf , karena aku lah yang paling
banyak melanggar janji.Namun semakin lama waktu berlalu persahabatan itu
dibumbui rasa lainya, maaf tak bisa kujelaskan.
Pergi Umrah…..
Pada suatu
hari, ia pamit kepadaku dan berkata,”Mungkin untuk beberapa hari kita ga akan
ada kontak”.Aku pun bertanya,
“Kenapa?
Ada sesuatu hal?”, dia tak menjelaskan sampai akhirnya aku menebak bahwa ia
akan pergi Umrah, dan ia pun mengiyakan.
“Mau
titip do’a?”,tanyanya padaku.”Hmm, boleh.. semoga kamu makin pinter, baik, dan
banyaklah, dan satu .. semoga persahabatan kita ga akan terpisah dan semoga
rasa aku ke kamu ga berubah”, itulah sebaris do’a yang kusampaikan pada-Nya
lewat sahabatku itu.
“Amin,
do’a yang terakhir akan kupanjatkan pertama disana”, katanya padaku.
Selama
ia disana mungkin kesepian sangat kurasa, bagaimana tidak? Hamper segala macam
rasa dan pengalaman aku bagi denganya.Saat ia pergi? Kemana cerita ini akan
dibagi.Sampai akhirnya aku mengkhianati sebuah janji persahabatan, saat ia
kembali jelas kekecewaan memenuhi ruang hatinya,aku memang bersalah dan
keterlaluan.Kami pun mulai menjauh, menjauh, dan menjauh.Tapi apa pun maunya
sahabat takkan terpisah, kami pun mulai kembali meniti tali persahabatan yang
sempat putus.Semuanya pun berjalan , sungguh aku beruntung memiliki sahabat
sepertinya, sangat beruntung.
Sekarang
aku sudah naik kelas, prestasi yang aku torehkan sangat mambanggakan, aku
persembahkan untuk kedua orang tuaku.Pada saat kelas 2 ini persahabatan kami
masih tetap tertulis walau tak dibumbui rasa yang dahulu pernah ada.Ceritaku
tetap kubagi denganya, begitupun sebaliknya , walau ia mempunyai banyak tempat
lain tak sepertiku.
Pernahkah kalian rasakan berada di
tempat yang nyaman dengan mudah? inilah yang terjadi padaku.Mencoba untuk
bertahan pada posisi yang nyaman ini, namun Tuhan berkehendak lain.Aku jatuh
sangat jauh dan Tuhan pun bagai memerintahkan padaku “Pergi lagi ke tempat yang
nyaman itu, namun kau harus memulai dari awal, tempat itu dicapai tak semudah
yang kau kira”.Prestasi ku melorot jauh, turun 19 tingkat.”Aku harus memulai
lagi, tempat itu milikku!”,jiwaku menggebu.
Semangatku bertambah saat ia ,
sudah memaafkanku atas kesalahanku dulu.Perlahan-lahan rasa itu muncul lagi,
tanpa ku tau.Waktu berlalu, dan berlalu banyak kenangan tercipta, pengalaman
tak terlupakan, dan cerita semakin banyak tertulis dari tanganku, tanganya ,
dan tangan Sang Pencipta cerita.
Tapi taukah kau kini? Sekarang sudah
memasuki 3 tahun kita bersahabat, tak jarang kita bertengkar, tak jarang pula
kita tertawa, saat kau sakit… saat ku sakit… kita berjanji tuk slalu
menemani.Cerita makin seru mungkin bila jalan hidup kita dijadikan sebuah film,
bukan bercanda sahabat.Persahabatan ini ditentang, salah seorang keluargamu tak
ingin kehadiranku mengganggu keluarga kecil kalian.Aku pun harus menjauh, tak
kusangka semakin lama waktu kebersamaan persahabatan kita, banyak pula pemeran
baru yang akan masuk.Membuatku semakin tersisih dari sisimu.
Kau slalu menenangkanku, bahwa aku
tetap sahabatmu apapun yang terjadi.Tapi ternyata arti ku dihidupmu pun semakin
terkikis oleh pemeran baru di cerita hidupmu.Ku coba tuk bertahan, tetap
menemanimu saat kau jatuh dan tersakiti.Sampai saatnya, keteguhan hatiku untuk
tetap menjadi sahabat setiamu yang slalu disampingmu pun luluh.
Sebait lagu favoritku, kunyanyikan
di suatu malam saat pertengkaran kecil kita terjadi.
“Sedih bila kuingat tengkaran itu
Membuat jarak antara kita
Resah tiada menentu, hilang canda
tawamu
Tak ingin aku begini tak ingin
begini….
Sobat rangkaian masa yang tlah
terlewat
Buat batinku menangis
Mungkin karena egoku mungkin karena
egomu
Maaf aku buat begini maaf aku
begini
…………………………………………………………
Dan saat kunyanyikan lirik ini, tak
apalah aku menangis walau aku seorang lelaki.
Bila ingat kembali janji
persahabatan kita
Tak kan mau berpisah karena ini
Pertengkaran kecil kemarin cukup
jadi lembaran hikmah
Karena aku ingin tetap sahabatmu…….
Dan mulai saat ini, bila kau membaca cerita ini kuhanya
ingin sampaikan.Biarkan aku tetap sahabatmu, walau raga tak disampingmu, aku
tak pernah pergi…. Karna sahabat tak pernah berpisah, maka percayalah,
Suatu saat aku akan kembali, tuk penuhi ‘Janji’ itu.
(selembar tisu yang aku genggam akan tetap kering, sebelum menemui air matamu)